Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara meletus Minggu (29/8/10) dini hari sekitar pukul 00.15 WIB.
Kepala Desa Sukanalu, Kecamatan Naman, Paten Sitepu, yang dihubungi Antara, Minggu, mengatakan bahwa api mulai keluar dari permukaan gunung Sinabung sekitar pukul 00.15 WIB.
Keseluruhan warga yang berada di sekitar kaki gunung Sinabung juga dilaporkan telah mengevakuasi diri ke arah kota Kabanjahe. Selain anggota keluarga, masyarakat juga dilaporkan berupaya membawa sebagian barang milik mereka untuk diamankan.
Sebelumnya, masyarakat sekitar Gunung Sinabung tidak menduga gunung akan meletus karena mendapat informasi dari petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa gunung tersebut masih dalam kondisi aman, namun tiba-tiba meledak, ujar Paten Sitepu.
Berdasarkan informasi tersebut, pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Karo mengimbau warga yang mengungsi untuk kembali ke rumah masing-masing.
Namun sebagian besar pengungsi tersebut tidak mengindahkan imbauan pemkab dan bertahan di lokasi evakuasi, hanya sebagian warga yang kembali ke kediaman mereka.
Ia juga menyebutkan belum adanya petugas kepolisian di lokasi untuk membantu evakuasi warga.
Sebelumnya Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut itu mulai menunjukkan aktivitasnya dengan mengeluarkan asap hitam pada hari Sabtu (28/08) pagi.
-------------------
Setelah Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Minggu (29/8/2010), meletus sejumlah perkampungan di sekeliling gunung tersebut sepi. Seluruh warga memilih mengungsi menyelamatkan diri.
Di Desa Bekrah, Kecamatan Namntran, misalnya, 90 Kepala Keluarga meninggalkan rumah miliknya. Tak seorang warga pun tersisa kecuali Naik Sembiring (37), Kepala Desa Bekrah.
Menurutnya, letusan tersebut membuat warga panik dan terpaksa mengungsi. Bahkan istri dan dua anaknya pun ikut mengungsi ke Kaban Jahe. "Istri dan anak saya juga pergi," katanya kepada Tribun Medan.
Pendeta GPDI itu mengatakan, dirinya terpaksa tinggal di kampung sebab keamanan rumah warga jadi tanggung jawabnya. "Mau apa lagi, yang penting keluarga saya selamat," katanya.
Dia mengatakan, berdasarkan sejarah dari leluhur mereka, Gunung Sinabung diperkirakan terakhir meletus pada tahun 1400. Selama ini, kata dia, tak ada aktivitas dari gunung tersebut. Karena itu, sampai letusan itu terjadi, mereka belum menaruh curiga sedikit pun.
Namun, tengah malam mereka dikejutkan dengan suara letusan dan semburan lava berapi. "Sejak pukul 21.00 WIB memang sudah ada getar-getarannya," kata dia.
Palang Merah Indonesia memperkirakan setidaknya 12.000 warga mengungsi akibat letusan Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara.
"Berdasarkan data sementara dari tim Satgana PMI, tercatat ada 12.000 warga dari tiga kecamatan dan 14 desa yang terpaksa mengungsi," kata personel Satgana PMI Provinsi Sumatera Utara, Muhammad Irsal, ketika dihubungi dari Jakarta, Minggu (29/8/2010).
Muhammad Irsal merupakan salah satu personel Satgana yang saat ini bertugas siaga di lokasi Desa Sigaranggarang, Gunung Sinabung. Lebih lanjut, Irsal menyebutkan beberapa lokasi yang terkena dampak, di antaranya Kecamatan Namanparang, Desa Bekerah, Simacan, Suka Nalau, Sigaranggarang, Kota Gunung, Kuta Rakyat, dan Kota Bayakan.
Termasuk pula Kecamatan Payung, Desa Sukameria dan Desa Selandi, serta Kecamatan Tiga Nerkan, Desa Mardinding, Kutambaru, dan Desa Terdaji pun terkena dampak letusan Gunung Sinabung.
Dalam proses evakuasi warga, PMI bergabung dengan tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pemerintah setempat, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan.
Irsal juga menjelaskan bahwa lokasi di sekitar kaki Gunung Sinabung sekarang sudah steril, lokasi sudah kosong. Seluruh warga sudah mengungsi ke tempat aman. "Warga diungsikan di Pendopo Kabanjahe dan Jamburligit," kata Irsal.
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo menyemburkan asap tebal dan debu vulkanik mulai Jumat malam dan akhirnya meletus Minggu dini hari sekitar pukul 00.15 WIB.
"Tengah malam tadi, terasa ada guncangan yang cukup kuat. Itu adalah gempa vulkanik. Setelahnya, tampak puncak Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar. Api mulai membakar hutan di kaki gunung. Tak lama, turun asap tebal dan membuat jarak pandang hanya lima meter. Penduduk segera kami bantu evakuasi ke lokasi aman," kata Irsal.
Sejak Gunung Sinabung di Kabupaten Karo menyemburkan asap tebal dan debu vulkanik, PMI Sumatera Utara telah mengerahkan lima personel Satgana ke lokasi di Gunung Sinabung, mulai Jumat (27/8/2010) malam. Satgana sejak Sabtu malam juga terus membantu evakuasi masyarakat korban letusan Gunung Sinabung untuk dibawa ke tempat yang aman guna menghindari jatuhnya korban jiwa.
Secara berkala, mereka memantau beberapa desa yang letaknya di kaki Gunung Sinabung. PMI juga telah membagikan 500 masker, kemudian tiga personel Satgana PMI Sumatera Utara beserta satu ambulansnya melakukan penyisiran dan berkeliling desa memantau kondisi terakhir
--------------
Aktivitas Gunung Sinabung yang terus meningkat hingga meletus Minggu (29/8/2010) dini hari cukup mengejutkan. Sebab, gunung tersebut jarang sekali meletus dan selama ini dikelompokkan dalam gunung api yang tidak mendapat pemantauan khusus.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan status aktivitas Gunung Api Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara, ke level awas atau level IV menyusul letusan dan lava pijar dari gunung api itu. Selain itu, PVMBG juga menaikkan tipe Gunung Sinabung dari tipe B ke tipe A.
"Status Gunung Api Sinabang dinaikkan sejak Minggu (29/8/2010) pukul 00.10 WIB. Gunung api itu diubah tipenya dari B menjadi tipe A," kata Dr Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, di Bandung, Minggu (29/8/2010). Selain itu, PVMBG juga merekomendasikan dilakukan pengungsian masyarakat yang bermukim dan beraktivitas para radius 6 km dari kawah aktif.
Menurut Surono, aktivitas letusan dan sifat Gunung Sinabung tidak pernah tercatat sehingga tidak diketahui aktivitas letusannya. Karena letusannya tidak pernah tercatat sejak tahun 1600, Gunung Sinabung dikelompokkan ke dalam tipe B dan tidak dilakukan pemantauan secara menerus.
Aktivitas gunung api itu sudah terpantau dalam beberapa hari terakhir. Hasil pemantauan 28 Agustus 2010 muncul asap putih manifestasi solfatara dan fumarola dalam kawah aktif.
Kemudian pada Minggu pukul 00.08 WIB, menurut Surono, muncul gemuruh yang diikuti dengan tampaknya asap letusan dengan ketinggian 1.500 meter dari bibir kawah. Dengan aktivitas itu statusnya langsung dinaikkan ke awas atau level IV.
"Tim Tanggap Darurat PVMBG sudah berada di lokasi kejadian berikut sejumlah peralatan pengamatan dan pemantauan. Tim ditempatkan di Desa Bakerah Cimacem, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo," kata Surono.
Sementara itu dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api PVMBG Hendrasto menyebutkan, pemasangan peralatan akan dilakukan untuk memantau gunung api itu. "Selama ini gunung api itu tipe B, tidak dipantau menerus karena tidak ada kegiatan letusan sejak tahun 1600. Namun dengan peningkatan aktivitas Sinabung, PVMBG akan menempatkan posko pengamatan di sana," kata Hendrasto.
Ia menyebutkan, selama ini gunung api tipe B atau gunung api tidak aktif sebanyak 30 gunung api. Sedangkan gunung api aktif tipe A yang mendapat pengamatan menerus sebanyak 68 gunung api. "Dengan aktivitas Gunung Sinabung, maka jumlah gunung tipe A bertambah satu menjadi 69 gunung api," katanya.
"Hujan di gunung itu selama masih intensif, maka masyarakat yang bermukim di bantasan sungai yang berhulu di puncak gunung itu agar mewaspadai bahaya sekunder berupa banjir lahar," katanya.
------------
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memaparkan kronologi meletusnya Gunung Sinabung dan perkembangan gunung yang berada di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo.
Sekretaris Daerah Sumut RE Nainggolan di Medan, Minggu (29/8/2010), mengatakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Karo untuk memantau perkembangan aktivitas Gunung Sinabung pada 28 Agustus 2010.
Ia merincikan, pada pukul 08.00 hanya terlihat asap putih tipis dengan ketinggian sekitar 200 meter di atas Gunung Sinabung. Kawasan pun tertutup kabut pada pukul 16.00.
Dari koordinasi itu ditetapkan bahwa Gunung Sinabung sebagai gunung bertipe "B" atau tidak memiliki karakter meletus secara magnetik. Namun, gunung tersebut harus dipantau sepanjang hari untuk mengamati perkembangan yang terjadi.
Pada pukul 19.00-24.00, keberadaan asap dari bawah tidak terpantau sehingga disimpulkan bahwa Gunung Sinabung tidak menunjukkan peningkatan aktivitas.
Namun, tanpa diduga sama sekali, gunung itu menunjukkan peningkatan aktivitas yang ditandai dengan suara gemuruh pada Minggu (29/8/2010) pukul 00.08.
Dengan adanya peningkatan kegiatan itu, pada pukul 00.10, evakuasi atau pengungsian pengungsian dilakukan terhadap warga yang berada di sekitar Gunung Sinabung.
Pada pukul 00.12 terlihat letusan asap dengan ketinggian 1.500 meter dan abu hitam disertai lontaran lava pijar ke arah barat daya dan selatan serta jatuhan abu halus piroklastik.
Semburan lava pijar itu juga menyebabkan puncak hingga sekitar dua pertiga lereng Gunung Sinabung terbakar.
Letusan utama terjadi antara 10 dan 15 menit. Titik api masih terlihat hingga pukul 02.00 pada ketinggian 1.200 dan 1.400 meter.
Pada pukul 02.40, titik api terlihat padam dan tumpukan abu putih kotor terlihat di Dusun Simacem, Desa Bekerah, yang berlokasi sekitar 4 km dari Puncak Gunung Sinabung. Abu tersebut memiliki ketebalan tiga sentimeter.
Setelah itu, cuaca terlihat cerah dan Gunung Sinabung mulai terlihat jelas mulai pukul 03.00. Meski demikian, asap tipis masih terlihat hingga pukul 06.00.
Pemerintah, khususnya Pemprov Sumut, pun tetap mengirimkan berbagai bantuan, baik berupa makanan, obat-obatan, maupun petugas untuk membantu masyarakat. "Karena itu, kami mengharapkan masyarakat tetap tenang," katanya.
Kepala Desa Sukanalu, Kecamatan Naman, Paten Sitepu, yang dihubungi Antara, Minggu, mengatakan bahwa api mulai keluar dari permukaan gunung Sinabung sekitar pukul 00.15 WIB.
Keseluruhan warga yang berada di sekitar kaki gunung Sinabung juga dilaporkan telah mengevakuasi diri ke arah kota Kabanjahe. Selain anggota keluarga, masyarakat juga dilaporkan berupaya membawa sebagian barang milik mereka untuk diamankan.
Sebelumnya, masyarakat sekitar Gunung Sinabung tidak menduga gunung akan meletus karena mendapat informasi dari petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa gunung tersebut masih dalam kondisi aman, namun tiba-tiba meledak, ujar Paten Sitepu.
Berdasarkan informasi tersebut, pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Karo mengimbau warga yang mengungsi untuk kembali ke rumah masing-masing.
Namun sebagian besar pengungsi tersebut tidak mengindahkan imbauan pemkab dan bertahan di lokasi evakuasi, hanya sebagian warga yang kembali ke kediaman mereka.
Ia juga menyebutkan belum adanya petugas kepolisian di lokasi untuk membantu evakuasi warga.
Sebelumnya Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut itu mulai menunjukkan aktivitasnya dengan mengeluarkan asap hitam pada hari Sabtu (28/08) pagi.
-------------------
Setelah Gunung Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Minggu (29/8/2010), meletus sejumlah perkampungan di sekeliling gunung tersebut sepi. Seluruh warga memilih mengungsi menyelamatkan diri.
Di Desa Bekrah, Kecamatan Namntran, misalnya, 90 Kepala Keluarga meninggalkan rumah miliknya. Tak seorang warga pun tersisa kecuali Naik Sembiring (37), Kepala Desa Bekrah.
Menurutnya, letusan tersebut membuat warga panik dan terpaksa mengungsi. Bahkan istri dan dua anaknya pun ikut mengungsi ke Kaban Jahe. "Istri dan anak saya juga pergi," katanya kepada Tribun Medan.
Pendeta GPDI itu mengatakan, dirinya terpaksa tinggal di kampung sebab keamanan rumah warga jadi tanggung jawabnya. "Mau apa lagi, yang penting keluarga saya selamat," katanya.
Dia mengatakan, berdasarkan sejarah dari leluhur mereka, Gunung Sinabung diperkirakan terakhir meletus pada tahun 1400. Selama ini, kata dia, tak ada aktivitas dari gunung tersebut. Karena itu, sampai letusan itu terjadi, mereka belum menaruh curiga sedikit pun.
Namun, tengah malam mereka dikejutkan dengan suara letusan dan semburan lava berapi. "Sejak pukul 21.00 WIB memang sudah ada getar-getarannya," kata dia.
Palang Merah Indonesia memperkirakan setidaknya 12.000 warga mengungsi akibat letusan Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara.
"Berdasarkan data sementara dari tim Satgana PMI, tercatat ada 12.000 warga dari tiga kecamatan dan 14 desa yang terpaksa mengungsi," kata personel Satgana PMI Provinsi Sumatera Utara, Muhammad Irsal, ketika dihubungi dari Jakarta, Minggu (29/8/2010).
Muhammad Irsal merupakan salah satu personel Satgana yang saat ini bertugas siaga di lokasi Desa Sigaranggarang, Gunung Sinabung. Lebih lanjut, Irsal menyebutkan beberapa lokasi yang terkena dampak, di antaranya Kecamatan Namanparang, Desa Bekerah, Simacan, Suka Nalau, Sigaranggarang, Kota Gunung, Kuta Rakyat, dan Kota Bayakan.
Termasuk pula Kecamatan Payung, Desa Sukameria dan Desa Selandi, serta Kecamatan Tiga Nerkan, Desa Mardinding, Kutambaru, dan Desa Terdaji pun terkena dampak letusan Gunung Sinabung.
Dalam proses evakuasi warga, PMI bergabung dengan tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pemerintah setempat, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan.
Irsal juga menjelaskan bahwa lokasi di sekitar kaki Gunung Sinabung sekarang sudah steril, lokasi sudah kosong. Seluruh warga sudah mengungsi ke tempat aman. "Warga diungsikan di Pendopo Kabanjahe dan Jamburligit," kata Irsal.
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo menyemburkan asap tebal dan debu vulkanik mulai Jumat malam dan akhirnya meletus Minggu dini hari sekitar pukul 00.15 WIB.
"Tengah malam tadi, terasa ada guncangan yang cukup kuat. Itu adalah gempa vulkanik. Setelahnya, tampak puncak Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar. Api mulai membakar hutan di kaki gunung. Tak lama, turun asap tebal dan membuat jarak pandang hanya lima meter. Penduduk segera kami bantu evakuasi ke lokasi aman," kata Irsal.
Sejak Gunung Sinabung di Kabupaten Karo menyemburkan asap tebal dan debu vulkanik, PMI Sumatera Utara telah mengerahkan lima personel Satgana ke lokasi di Gunung Sinabung, mulai Jumat (27/8/2010) malam. Satgana sejak Sabtu malam juga terus membantu evakuasi masyarakat korban letusan Gunung Sinabung untuk dibawa ke tempat yang aman guna menghindari jatuhnya korban jiwa.
Secara berkala, mereka memantau beberapa desa yang letaknya di kaki Gunung Sinabung. PMI juga telah membagikan 500 masker, kemudian tiga personel Satgana PMI Sumatera Utara beserta satu ambulansnya melakukan penyisiran dan berkeliling desa memantau kondisi terakhir
--------------
Aktivitas Gunung Sinabung yang terus meningkat hingga meletus Minggu (29/8/2010) dini hari cukup mengejutkan. Sebab, gunung tersebut jarang sekali meletus dan selama ini dikelompokkan dalam gunung api yang tidak mendapat pemantauan khusus.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan status aktivitas Gunung Api Sinabung di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara, ke level awas atau level IV menyusul letusan dan lava pijar dari gunung api itu. Selain itu, PVMBG juga menaikkan tipe Gunung Sinabung dari tipe B ke tipe A.
"Status Gunung Api Sinabang dinaikkan sejak Minggu (29/8/2010) pukul 00.10 WIB. Gunung api itu diubah tipenya dari B menjadi tipe A," kata Dr Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, di Bandung, Minggu (29/8/2010). Selain itu, PVMBG juga merekomendasikan dilakukan pengungsian masyarakat yang bermukim dan beraktivitas para radius 6 km dari kawah aktif.
Menurut Surono, aktivitas letusan dan sifat Gunung Sinabung tidak pernah tercatat sehingga tidak diketahui aktivitas letusannya. Karena letusannya tidak pernah tercatat sejak tahun 1600, Gunung Sinabung dikelompokkan ke dalam tipe B dan tidak dilakukan pemantauan secara menerus.
Aktivitas gunung api itu sudah terpantau dalam beberapa hari terakhir. Hasil pemantauan 28 Agustus 2010 muncul asap putih manifestasi solfatara dan fumarola dalam kawah aktif.
Kemudian pada Minggu pukul 00.08 WIB, menurut Surono, muncul gemuruh yang diikuti dengan tampaknya asap letusan dengan ketinggian 1.500 meter dari bibir kawah. Dengan aktivitas itu statusnya langsung dinaikkan ke awas atau level IV.
"Tim Tanggap Darurat PVMBG sudah berada di lokasi kejadian berikut sejumlah peralatan pengamatan dan pemantauan. Tim ditempatkan di Desa Bakerah Cimacem, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo," kata Surono.
Sementara itu dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api PVMBG Hendrasto menyebutkan, pemasangan peralatan akan dilakukan untuk memantau gunung api itu. "Selama ini gunung api itu tipe B, tidak dipantau menerus karena tidak ada kegiatan letusan sejak tahun 1600. Namun dengan peningkatan aktivitas Sinabung, PVMBG akan menempatkan posko pengamatan di sana," kata Hendrasto.
Ia menyebutkan, selama ini gunung api tipe B atau gunung api tidak aktif sebanyak 30 gunung api. Sedangkan gunung api aktif tipe A yang mendapat pengamatan menerus sebanyak 68 gunung api. "Dengan aktivitas Gunung Sinabung, maka jumlah gunung tipe A bertambah satu menjadi 69 gunung api," katanya.
"Hujan di gunung itu selama masih intensif, maka masyarakat yang bermukim di bantasan sungai yang berhulu di puncak gunung itu agar mewaspadai bahaya sekunder berupa banjir lahar," katanya.
------------
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memaparkan kronologi meletusnya Gunung Sinabung dan perkembangan gunung yang berada di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo.
Sekretaris Daerah Sumut RE Nainggolan di Medan, Minggu (29/8/2010), mengatakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Karo untuk memantau perkembangan aktivitas Gunung Sinabung pada 28 Agustus 2010.
Ia merincikan, pada pukul 08.00 hanya terlihat asap putih tipis dengan ketinggian sekitar 200 meter di atas Gunung Sinabung. Kawasan pun tertutup kabut pada pukul 16.00.
Dari koordinasi itu ditetapkan bahwa Gunung Sinabung sebagai gunung bertipe "B" atau tidak memiliki karakter meletus secara magnetik. Namun, gunung tersebut harus dipantau sepanjang hari untuk mengamati perkembangan yang terjadi.
Pada pukul 19.00-24.00, keberadaan asap dari bawah tidak terpantau sehingga disimpulkan bahwa Gunung Sinabung tidak menunjukkan peningkatan aktivitas.
Namun, tanpa diduga sama sekali, gunung itu menunjukkan peningkatan aktivitas yang ditandai dengan suara gemuruh pada Minggu (29/8/2010) pukul 00.08.
Dengan adanya peningkatan kegiatan itu, pada pukul 00.10, evakuasi atau pengungsian pengungsian dilakukan terhadap warga yang berada di sekitar Gunung Sinabung.
Pada pukul 00.12 terlihat letusan asap dengan ketinggian 1.500 meter dan abu hitam disertai lontaran lava pijar ke arah barat daya dan selatan serta jatuhan abu halus piroklastik.
Semburan lava pijar itu juga menyebabkan puncak hingga sekitar dua pertiga lereng Gunung Sinabung terbakar.
Letusan utama terjadi antara 10 dan 15 menit. Titik api masih terlihat hingga pukul 02.00 pada ketinggian 1.200 dan 1.400 meter.
Pada pukul 02.40, titik api terlihat padam dan tumpukan abu putih kotor terlihat di Dusun Simacem, Desa Bekerah, yang berlokasi sekitar 4 km dari Puncak Gunung Sinabung. Abu tersebut memiliki ketebalan tiga sentimeter.
Setelah itu, cuaca terlihat cerah dan Gunung Sinabung mulai terlihat jelas mulai pukul 03.00. Meski demikian, asap tipis masih terlihat hingga pukul 06.00.
Pemerintah, khususnya Pemprov Sumut, pun tetap mengirimkan berbagai bantuan, baik berupa makanan, obat-obatan, maupun petugas untuk membantu masyarakat. "Karena itu, kami mengharapkan masyarakat tetap tenang," katanya.
foto-foto :
Pengungsi letusan gunung
Sumber :
Kompas
Kaskus
0 komentar:
Posting Komentar